perkenalkan,saya kayu kering.
seandainya waktu saya dilahirkan kedunia,
saya sudah bisa berbicara,
saya akan minta agar saya tetap muda.
Tapi semua makhluk hidup,
belum tentu bisa ngomong waktu baru lahir.
Jadi ya saya juga terima nasib saja.
Walaupun manusia sering menggunakan obat-obatan untuk awet muda,
toh pada akhirnya mereka tetap tua juga.
Tidak ada yang selalu muda di dunia ini,
sekalipun benda mati.
kalau ada,katakan pada saya,
si kayu kering yang bertengger di jemuran pakaian dalam anak kostan ini.
Akan saya kirimkan alamat saya lewat angin
yang sempat singgah menikmati embun pagi di atas genteng yang juga sudah tua ini.
Genteng tua ini adalah teman saya,
tapi dia selalu ribut dengan teman-temannya,
entah apa yang mereka bicarakan dan perdebatkan setiap hari,
saya jelas tak mengerti bahasanya,
kami punya bahasa yang berbeda.
Sesungguhnya saya tidak perduli,
tetapi mereka terlalu berisik,
kadang,saya mengutuk,
semoga mulut genteng-genteng ini copot saja!
saya hanya ingin ketenangan,
saya sudah tua,
saya ingin menikmati hari dengan tenang,
sebelum pemilik kost ini mengganti kayu jemuran yang baru.
Sesungguhnya,saya tidak pernah melihat pemilik kost ini,
yang saya lihat adalah anak-anak rantau yang menghuni kost tua ini.
tua, tua,tua,dan tua!
Saya benci menjadi tua,
saya semakin rapuh,
tapi saya harus tetap menopang jemuran sialan ini!
kayu kering,
itu nama saya sekarang,
dulu nama saya kayu muda,
atau kayu saja.
Dengan sendirinya berubah menjadi kayu kering.
Siapa yang memberi nama?
jelas bukan saya,
saya tidak suka dengan nama ini,
tapi saya juga malah menyebut nama saya kayu kering,
ya karna saya memang kering.
sialan!
nama saya kayu kering.
saya hidup mejadi penopang jemuran sialan ini.
saya tidak suka menjadi kayu kering,
tapi saya memang kering.
Lalu apa masalahnya?
Karena saya kering!!!
catatan si keriting,
diatas jemuran,
bersama kayu kering.
seandainya waktu saya dilahirkan kedunia,
saya sudah bisa berbicara,
saya akan minta agar saya tetap muda.
Tapi semua makhluk hidup,
belum tentu bisa ngomong waktu baru lahir.
Jadi ya saya juga terima nasib saja.
Walaupun manusia sering menggunakan obat-obatan untuk awet muda,
toh pada akhirnya mereka tetap tua juga.
Tidak ada yang selalu muda di dunia ini,
sekalipun benda mati.
kalau ada,katakan pada saya,
si kayu kering yang bertengger di jemuran pakaian dalam anak kostan ini.
Akan saya kirimkan alamat saya lewat angin
yang sempat singgah menikmati embun pagi di atas genteng yang juga sudah tua ini.
Genteng tua ini adalah teman saya,
tapi dia selalu ribut dengan teman-temannya,
entah apa yang mereka bicarakan dan perdebatkan setiap hari,
saya jelas tak mengerti bahasanya,
kami punya bahasa yang berbeda.
Sesungguhnya saya tidak perduli,
tetapi mereka terlalu berisik,
kadang,saya mengutuk,
semoga mulut genteng-genteng ini copot saja!
saya hanya ingin ketenangan,
saya sudah tua,
saya ingin menikmati hari dengan tenang,
sebelum pemilik kost ini mengganti kayu jemuran yang baru.
Sesungguhnya,saya tidak pernah melihat pemilik kost ini,
yang saya lihat adalah anak-anak rantau yang menghuni kost tua ini.
tua, tua,tua,dan tua!
Saya benci menjadi tua,
saya semakin rapuh,
tapi saya harus tetap menopang jemuran sialan ini!
kayu kering,
itu nama saya sekarang,
dulu nama saya kayu muda,
atau kayu saja.
Dengan sendirinya berubah menjadi kayu kering.
Siapa yang memberi nama?
jelas bukan saya,
saya tidak suka dengan nama ini,
tapi saya juga malah menyebut nama saya kayu kering,
ya karna saya memang kering.
sialan!
nama saya kayu kering.
saya hidup mejadi penopang jemuran sialan ini.
saya tidak suka menjadi kayu kering,
tapi saya memang kering.
Lalu apa masalahnya?
Karena saya kering!!!
catatan si keriting,
diatas jemuran,
bersama kayu kering.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar