Senin, 21 Juni 2010

SERET SOROT





dia diseret ke tengah-tengah kerumunan,
entah kerumunan apa.
Lalu wajahnya disorot,
entah menggunakan apa.

diseret atau disorot,itu tidak masalah.

masalahnya sekarang,
dia harus mengatakan kata-kata yang tidak ingin dia katakan
tapi harus dia katakan.

Lah?berarti dia ingin mengatakan kata-kata itu,bukan?
Koq bilangnya kata-kata yang tidak ingin dia katakan?
Lalu mengapa mengatakan dia tidak ingin mengatakan,
tetapi tetap berkata-kata?

ingin atau tidak ingin,
dia harus tetap mengatakannya.
berarti dia ingin tapi tidak ingin,
atau tidak ingin tapi ingin.
ingin apa?
tidak ingin apa?
ya itu...berkata-kata,
eh,mengatakan.
ah..berkata atau mengatakan?
sama saja,yang penting bersuara..!

Lah?berkata atu bersuara?
koq bersuara?

ah,tidak penting membahasnya.

sekarang,apa yang harus dikatakan?
ya,kata-kata lah...

iya,kata-katanya apa?

dia yang mau berkata.
koq tanyanya ke saya?
saya siapa?
saya dia?
bukan kan?

lalu,saya ini mengetik apa?
ya,kata-kata..

berarti ini dong kata-kata yang tidak ingin dikatakan,
tapi harus dikatakan?

eh,tadi katanya mengatakan atau berkata,
koq sekarang jadi dikatakan?

apa bedanya?
semua sesuai konteks kata-katanya,
ya...kalimatnya.

kembali lagi ke dia.

dia siapa?

lah,yang ingin mengatakan.

oh,,yang diseret kemudian disorot?

iya.

terus?

ya gg ada terus-terus.
cukup sampai disini!

lalu yang ingin dia katakan apa?

*
dia diseret ke tengah-tengah kerumunan,
entah kerumunan apa.
Lalu wajahnya disorot,
entah menggunakan apa.



:: maaf,bila pembaca bingung.
seharusnya pembaca tidak usah bingung,
wong saya juga tidak menyuruh anda mebacanya toh?
ngapain bingung?


>>catatan yang tersirat di atas angkot,
lagi-lagi di atas angkot.
sangat tidak keren!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar